INDONESIA BUTUH REVOLUSI ILMU PENGETAHUAN

Mahasiswa baru Fakultas Ilmu sosial, Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) 2014/2015 ikuti Stadium General dengan tema “Membangun Diskursus Alternatif Ilmu Pengetahuan yang Integratif antara Ilmu dan Agama”. Kegiatan tersebut  diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-49 FIS UNY di Masjid Mujahidin UNY, Selasa (16/9). Menurut Ketua Panitia, Muhamad Iqbal, kegiatan Stadium General dilatarbelakangi oleh berkembangnya Ilmu Pengetahuan yang masih bersifat sekuler sehingga tidak sesuai dengan kondisi masyarakat di Indonesia. “Dengan demikian Ilmu pengetahuan tidak mampu memecahkan masalah sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia” imbuh mahasiswa Ilmu Sejarah FIS.
Pada kesempatan yang sama Ketua Fistrans Institute FIS UNY, Nasiwan M.Si. mengatakan bahwa dewasa ini telah terjadi perang intelektual dimana ilmu pengetahuan substansinya masih berkutat pada hegemoni konsep dan teori sosial Barat. “Melalui Stadium General ini saya berharap mampu memicu terjadinya transformasi individu maupun masyarakat sehingga bisa terlepas dari ketergantungan dengan teori maupun konsep barat” paparnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dr. H. Hamid Fahmi Zarkasyi, MA., M.Phil. yang tampil sebagai pembicara pada Stadium General. Menurut Hamid, Ilmu pengetahuan  sekuler setidaknya ditandai dengan tiga hal yaitu ilmu pengetahuan lebih mengandalkan akal, mengenal dualisme misalnya agama dan pengetahuan, serta berorientasi pada kemanusiaan sehingga menghilangkan nilai-nilai ketuhanan.
Berkaitan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan sekuler di Indonesia, Direktur Pasca Sarjana Institute Studi Islam Darussalam Gontor tersebut menawarkan solusi yaitu dengan mengkaji ulang ilmu pengetahuan barat dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia. “Dengan demikian akan tercipta ilmu pengetahuan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat kita dan mampu membantu memecahkan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat kita” paparnya. (Eko)