You are here
EDUCATIONAL GAME “BABAD ALAS NONGKO DOYONG” TINGKATKAN ANTUSIAS BELAJAR SISWA
Rendahnya antusias siswa dalam belajar, metode pembelajaran monoton, serta kurangnya kesadaran sejak dini tentang kearifan lokal mendorong mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang terdiri dari Nurul Asfiani, Kristina, Erza Kurnia. N. P dan Sita Novalinda melakukan Penelitian guna mengembangkan Educational Game “Babad Alas Nongko Doyong” sebagai media edukatif berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan antusias belajar siswa kelas XII SMA Negeri 2 Wonosari. Nurul Asfiani berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan kualitas pendidikan, terutama pendidikan berbasis kearifan lokal sehingga kebijakan dan penerapan pendidikan bisa lebih optimal. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada generasi muda maupun pemerintah tentang pentingnya melestarikan kearifan lokal.
Lebih lanjut Nurul Asfiani menjelaskan bahwa terjadi perubahan respon yang ditunjukkan siswa dengan penerapan media pembelajaran DUGEM (Educational Game) “Babad Alas Nongko Doyong”. Respon yang ditunjukkan siswa antara lain antusias mereka ketika pertama kali menggunakan media tersebut. Antusias tersebut karena adannya hal baru dalam kegiatan belajar mengajar berupa media pembelajaran kartu permainan.
Selain respon positif terhadap DUGEM (Educational Game), kata Nurul Asfiani, hasil pretest-postest para siswa juga menunjukkan beberapa perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang muncul dapat disimpulkan bahwa terdapat ketertarikan peserta didik dalam prosespembelajaran dengan media DUGEM (Educational Game) “Babad Alas Nongko Doyong”. Selain itu siswa lebih antusias dalam menerima pembelajaran Sejarah. Berdasar simpulan bahwa DUGEM (Educational Game)“Babad Alas Nongko Doyong” dapat menjadi sebuah media yang diaplikasikan pada pembelajaran Bahasa Jawa (Muatan Lokal) khususnya bidang seni pertunjukan kethoprak di SMA N 2 Wonosari.
“Media pembelajaran tersebut dikembangkan melalui beberapa tahapan yakni perencanaan, produksi, validasi dan uji coba, serta revisi. Melalui media pembelajaran DUGEM (Educational Game) ini, siswa dapat belajar tentang sejarah berdirinya Kota Wonosari serta tertarik untuk mempelajari kearifan lokal, khususnya seni pertunjukan kethoprak” jelas mahasiswa Ilmu Administrasi Negara FIS UNY tersebut.
Nurul menambahkan, Educational Game ini dimainkan oleh 18 orang siswa. Terdapat 18 kartu bergambar tokoh Babad Alas Nongko Doyong, yang dibagi menjadi dua kelompok berdasar warna background atau warna belakang kartu yaitu warna merah dan warna kuning. Siswa dibagi menjadi dua kelompok, kelompok hitam dan kelompok putih yang mana setiap kelompok berisi sembilan orang.Penentuan kelompok hitam dan kelompok putih diambil secara acak berdasar kartuyang didapatkan, lengkap dengan karakter dan nama tokoh yang terdapat di kartu Babad Alas Nongko Doyong.Siswa berkumpul bersama dengan kelompoknya masing-masing berdasar warna kartu yang didapat. Siswa kemudian dipandu untuk membaca nama tokoh beserta deskripsi singkat para tokoh yang terdapat di dalam Babad Alas Nongko Doyong. Setiap kelompok nantinya akan mempresentasikan hasil karya berupa pertunjukan seni teather. Setiap orang siswa menampilkan adegan,berdasar karakteristik tokoh yang terdapat di kartu Babad Alas Nongko Doyong. Untuk mempermudah pelaksanaan permainan setiap kelompok dibekali sebuah buku Babad Alas Nongko Doyong yang berisi adegan tokoh, penggambaran watak tokoh dan dialog antar tokoh. Dalam jangka waktu satu minggu, siswa diharapkan mampu mempelajari, memaknai, dan melakukan pertunjukan seni Babad Alas Nongko Doyong. (Eko)
Copyright © 2025,