Merekam Jejak Kontroversi Sejarah di Indonesia

Program Studi S2 Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar seminar bertajuk "Mengapa Kontroversi Sejarah Hadir?" pada Selasa, 25 Juni 2024, pukul 09.00 WIB di Ruang Ki Hadjar Dewantara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fishipol) UNY. Seminar ini menghadirkan Prof. Dr. Asvi Warman Adam, Peneliti Utama Badan Riset & Inovasi Nasional, sebagai pembicara utama.

Dalam seminar ini, Prof. Asvi membahas berbagai kontroversi sejarah di Indonesia. Dia mengulas beberapa contoh dari bukunya yang berjudul "Seabad Kontroversi Sejarah". Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan yang pernah dimuat di media massa setelah Presiden Soeharto lengser. Tulisan-tulisan ini terdiri dari makalah seminar serta artikel yang ditulis untuk memperingati peristiwa tertentu.

Prof. Asvi menjelaskan bahwa perubahan waktu menyebabkan pergeseran pandangan penulis atau perubahan istilah yang digunakan. Sebagai contoh, dia dulu menggunakan istilah Gestok (Gerakan Satu Oktober) sesuai dengan sebutan Presiden Sukarno, namun sekarang lebih mantap menggunakan istilah Gerakan 30 September, karena itulah penamaan yang digunakan oleh gerakan tersebut.

Prof. Asvi juga membandingkan bukunya dengan karya serupa seperti "Pembelajaran Sejarah" dan "Teaching of History" oleh S.K. Kochhar (2007), serta "Sejarah Kontroversial di Indonesia: Perspektif Pendidikan" oleh Tsabit Azinar Ahmad (2016). Menurut Prof. Asvi, ada beragam alasan mengapa kontroversi sejarah hadir, seperti informasi yang tidak tepat, tidak lengkap, atau tidak jelas; mengajarkan isu-isu kontroversial; serta aspek estetis, etis, kritis, manfaat, dan pedagogi kritis.

Selain membahas kontroversi sejarah, kegiatan ini juga sekaligus merupakan upaya sosialisasi penerimaan mahasiswa baru untuk program studi S2 Pendidikan Sejarah. Dr. Miftahuddin, M.Hum., Kaprodi S2 Pendidikan Sejarah UNY, menyatakan bahwa prodi tersebut siap menerima mahasiswa baru dan akan terus mengembangkan keilmuan sejarah dari perspektif pendidikan untuk mendorong pengembangan pengetahuan sejarah.

Tags: